Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis hadiratkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya lah tulisan ini bisa terselesaikan. Tulisan ini dibuat dalam rangka OSKM ITB 2013, yang berisi sebuah solusi yang penulis dan kelompok ajukan atas masalah di Indonesia, yang semoga termasuk kedalam penyelesaian masalah yang kritis, kreatif, dan konstruktif. Masalah yang ingin penulis bahas di tulisan ini adalah mengenai sekolah di daerah pedalaman Indonesia yang tertinggal, yang sudah tidak lagi layak pakai, namun mau tidak mau tetap dipakai.
![]() |
Langit langit kelas yang hampir roboh |
Contohnya adalah seperti gambar di atas. Sekolah tersebut mewakili berbagai sekolah lain di daerah pedalaman yang bernasib serupa. Fasilitas yang tidak memadai seperti itu menyulitkan siswa untuk belajar dengan efektif, apalagi jika ditambah dengan masalah lain, seperti kelangkaan guru, jauhnya letak sekolah, dsb. Namun beragam masalah tersebut tidak akan semuanya penulis bahas disini. Penulis hanya ingin memfokuskan pada masalah fasilitas bangunan sekolah. Menurut penulis dan kelompok, masalah ini disebabkan:
- Dari segi ekonomi, daerah tersebut kurang pendanaan yang menyebabkan perawatan sekolah tersebut terhambat dan sulit. Ditambah lagi dengan keadaan umum daerah tersebut yang relative miskin, menyebabkan bertambah sulitnya hal tersebut.
- Dari segi logistic, daerah tersebut memang terpencil, sehingga bantuan dari daerah lain sulit mencapai daerah tersebut. Ini terutama menjadi masalah bagi alat-alat berat yang ingin memperbaiki sekolah tersebut.
- Dari segi perawatan, penghuni sekolah tersebut memang kurang sadar akan perlunya perawatan fasilitas sekolah atau bahkan tidak mengerti cara merawat yang terbaik .
Kondisi kelas tidak layak pakai
Setelah masalah tersebut kami diskusikan, kami menemukan dan mengajukan beberapa pemecahan, baik yang telah terlaksana, akan terlaksana, atau yang kami harapkan dilaksanakan:
- Untuk masalah pertama, penyelesainnya cukup sederhana, yaitu menambah suntikan dana bagi sekolah tersebut dalam rangka perbaikan infrastruktur. Hal itu sudah dilaksanakan namun kami rasa tidak efektif karena berbelitnya proses administrasi dan birokrasi ditambah banyaknya permasalahan yang menyertai penyalurannya dan ini menyebabkan pembahasan kami meluas dan memanjang tanpa ujung, serta hal ini tetap menyisakan masalah, mengingat dana yang ada pastinya akan digunakan untuk membeli peralatan bangunan yang sudah kita ketahui relatif besar dan membutuhkan jalur transportasi yang memadai, dan ini membuat solusi yang satu inipun memakan waktu yang relatif lama dengan adanya proses perbaikan sarana transportasi.
- Untuk masalah kedua, penyelesaian yang penulis dan kelompok ajukan adalah:
- Sebuah sekolah futuristik, yaitu Virtual Class. Sebuah model pembelajaran yang dirancang dengan tidak membutuhkan adanya bangunan khusus. Jelas sekali akan banyak kelebihan yang didapat, seperti tidak diperlukannya tatap muka langsung yang berimbas pada tidak diperlukannya pembiayaan yang dalam rangka bertemunya pengajar dan pelajar, serta begitu minimnya peralatan pembelajaran, mulai dari fasilitas penunjang (seperti meja, kursi, alamari) maupun utama (seperti buku dan alat tulis) yang dibutuhkan menilik adanya penyimpanan digital. Akan tetapi hal ini jelas sebuah solusi yang memakan waktu yang sangat panjang, karena akan butuh pembangunan instalasi listrik dan koneksi internet (yang tentu harus berkecepatan cukup tinggi) yang memadai. Ditambah kurangnya interaksi antara tiap unsur pembelajaran menjadikan kurang maksimalnya penyampaian dan ketersamapaian ilmu, dengan kata lain berdampak pada rendahnya pemahaman tiap pelajar/siswa serta minimnya ilmu interaksi sosial yang didapatkan. Maka kami memasukkan ini ke dalam solusi yang belum ada dan sulit terlaksana untuk saat ini.
- Sebuah Sekolah Adat, yang akan kami bawakan penjelasannya kemudian.
- Untuk masalah yang ketiga, solusinya adalah menyosialisasikan pentingnya perawatan sekolah pada guru, murid, dan warga sekolah lain. Untuk penyelesaian yang satu ini kami klasifikasikan ke dalam solusi yang sudah ada namun kurang efektif dan afektif serta butuh banyak perbaikan. Ditambah solusi yang satu ini hanya masuk kedalam solusi preventif yang tentunya tidak dapat begitu berpengaruh terhadap banyaknya permasalahan yang terlanjur terjadi.
|
Desain sederhana dari "Sekolah Adat" |
Untuk masalah lokasi kasus yang sulit dicapai, kami menemukan sebuah solusi yang efektif dan bisa dilaksanakan dalam waktu dekat, dengan kata lain realistis. Idenya, melihat sulitnya memindahkan bahan-bahan konstruksi dan alat-alat pembangunan dari kota ke daerah tersebut, akan lebih masuk akal bila kita menggunakan alat-alat dan bahan yang tersedia di derah tersebut (local resource). Desain bangunann mengikuti desain rumah adat di daerah tersebut, atau minimal “rumah pohon”, yang berasal dari kearifan local (local wisdom). Digabungkan dengan tim yang ahli di bidang arsitektur dan pembangunan, diharapkan dapat membangun bangunan sekolah yang tidak hanya kuat, tahan lama, hemat, namun juga bisa merepresentasikan budaya daerah tersebut.
Sekolah tersebut kita namakan “Sekolah Adat”. Yang dibutuhkan adalah seorang arsitek dan sarjana teknik material yang brilian yang tentunya bisa menggabungkan ilmu yang dimilikinya dengan desain tradisional daerah tersebut. Bahan bangunannya dari bahan-bahan local yang ada, sehingga tidak merepotkan dalam hal logistik. Fasilitas yang ada juga diusahakan selengkap mungkin, namun tetap berdasar pada local design. Jika desain bangunan yang lama gagal, itu mungkin disebabkan tidak cocoknya desain dengan lingkungan. Misalnya, desain yang digunakan mirip dengan yang digunakan di daerah perkotaan. Hal ini menyebabkan bangunan tersebut tidak tahan dengan keadaan lingkungan yang memang tidak sesuai, ditambah dengan sulitnya perawatan karena tidak tersedianya sumber daya, baik bahan maupun tenaga kerja. Lebih baik kita mempercayakan pada desain bangunan masyarakat lokal, karena merekalah yang paling tahu daerahnya. Mereka terlahir di situ, dan desain bangunan mereka telah teruji karena telah dipakai bertahun-tahun. Dan tentunya ini akan tetap memenuhi tujuan utama bangunan seperti layaknya bangunan pada umumnya. Sebab, mungkin kita telah terdoktrin persepsi “bangunan sekolah” yang umum, yang kami lihat dewasa inipun telah mulai banyak ditinggalkan. Apakah tepat bila dkatakan mewah itu selalu berarti megah? Bukankah terpenuhinya kebutuhan itu telah dapat kita katakan cukup?
Keuntungan sekolah adat tersebut adalah sebagai berikut:
- Kemudahan dalam perawatan
- Kemudahan dalam konstruksi
- Biaya yang lebih murah
- Menggunakan local resource sehingga lebih mudah
- Ramah lingkungan
- Melestarikan budaya lokal
Demikianlah sekelumit konsep penulis dan kelompok yang dapat kami paparkan, semoga dapat menjadi manfaat untuk Indonesia. Penulis meminta maaf atas banyaknya kesalahan ataupun kekurangan di sana-sini. Sekian.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar