16613053
FTSL
Seminar dari Bapak Gita Wirjawan
"Semua yang menentukan adalah Tuhan Allah. But if you want it, you can get it."
- Gita WirjawanItulah semangat yang diberikan oleh Pak Gita Wirjawan saat berada di Guang Zhou, China.
Itu juga menjadi pesan bapak untuk kita, para maba ITB.
Pak Gita Wirjawan mengakatakan bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia harus juga mengingat tentang kearifan lokal Indonesia. Kita tidak boleh melupakan adat istiadat kita, karena tanpa adat istiadat, kita sama saja dengan kehilangan jati diri kita.
Pak Gita wirjawan juga mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam transisi perekonomian dunia tercepat, karena Indonesia termasuk dalam negara-negara ASEAN yang juga mengalami proses transisi yang cepat.
Namun, dalam proses ini, terdapat problem dimana pertumbuhan ekonomi tidak dipenuhi oleh "Merah Putih". Kita sudah mulai melupakan adat istiadat kita dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Kita harus maju mengisi sifat "Merah Putih" di kemudian hari.
Pak Gita Wirjawan juga berpesan bahwa kita harus bisa memajukan negara kita yang tercinta ini. Dengan apapun latar belakang kita, dengan cara apapun, kita dapat memajukan negara ini.
Negara yang maju = Masyarakat yang sejahtera.
Salah satu cara yang dijelaskan oleh Pak Gita Wirjawan adalah penguasaan teknologi.
Kita sudah mengalami banyak kerugian-kerugian finansial yang sangat berpengaruh hanya dikarenakan kurangnya penguasaan teknologi yang terkait.
Dengan kita menguasai teknologi atau "melek" teknologi, maka kita bisa bersaing dengan negara lain untuk memajukan bangsa ini.
Senjata yang kita punya dalam proses memajukan negara ini adalah produk-produk pendidikan. Oleh karena itu kita harus tetap gigih dan bersungguh-sungguh agar kita dapat menjadi senjata andalan negara kita.
Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang mengerti apa keinginan rakyatnya dan dapat menjawab pada masalah-masalah yang ada pada zamannya. Pemimpin seperti ini, membutuhkan jiwa pluralisme.
"Jadilah Garuda-Garuda yang kreatif, terampil, berteknologi yang punya semangat kebangsaan"
- Gita Wirjawan
Seminar Indra Hidayat dari Wanandri
Wanandri adalah komunitas penjelajah dan pendaki gunung yang memiliki sifat cinta tanah air yang sangat tinggi. beberapa pencapaian terakhir yang membanggakan adalah kesuksesan dalam The 7 Summits atau berhasil mendaki 7 puncak gunung tertinggi di dunia.
Mereka menjelaskan bahwa Indonesia ini sangat beragam. Dari keragaman ini, kita harus mempertahankan kebudayaan kita. Wanandri mencoba menjelajah Indonesia untuk mempertahankan budaya Indonesia, contohnya pegunungan yang berada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Pegunungan tersebut sebenarnya dimiliki oleh kedua negara, namun Malaysia menyatakan bahwa pegunungan itu adalah milik mereka karena mereka telah dan sukses mendaki ke puncak pegunungan tersebut. Maka Wanandri menyatakan kecintaannya terhadap Indonesia dan mencoba mewujudkan kepeduliannya akan negeri ini dengan mendaki pegunungan tersebut.
Inti yang mereka berikan, kita harus berkontribusi dalam menjaga kebudayaan Indonesia yang beragam.
Seminar Ibu Tri Mumpuni
Integritas dan Kompetisi Alumni ITB untuk Kemerdekaan dan Kesejahteraan Bangsa
Bu Tri membagi manusia menjadi 2, yaitu pengetahuan (logika) dan perasaan (empati).
bila seseorang memiliki kedua hal ini, maka akan ada yang disebut akal sehat, dimana dengan akal sehat, kita dapat membaca kondisi Indonesia dengan baik.
Sedangkan tanpa perasaan dan empati, maka tidak akan ada yang disebut akal sehat, dan bila tidak ada akal sehat, maka kita hanya dapat membaca Indonesia untuk diri kita sendiri.
Kita harus mempunyai paradigma yang tepat, paradigma dimana kita dapat berubah melawan kondisi sehingga menjadi lebih baik.
Definisi ekonomi saat ini hanya membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi dimana terjadi keseimbangan antara Investasi dengan konsumsi, namun tidak memperhatikan atau menghiraukan masyarakat-masyarakat yang terpinggirkan.
Seharusnya, ekonomi memiliki definisi dimana semakin meratanya kesejahteraan ekonomi masyarakat, disitu terdapat yang kita sebut pertumbuhan ekonomi terjadi di sebuah negara.
Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa ekonomi di zaman ini tidak manusiawi, karena tidak mengindahkan masyarakat yang terkena perhatian.
Untuk mengatasi itu kita harus melakukan perbaikan visi pembangunan, perubahan paradigma investasi, dan penambahan pembatasan usaha. dengan itu, semoga masyarakat yang tidak terperhatikan dapat diayomi dan disejahterakan, sehingga mencapai pertumbuhan ekonomi yang ideal.
Diingatkan oleh Bu Tri Mumpuni bahwa kita tidak hanya membutuhkan pendidikan formal yang tinggi, namun kita juga membutuhkan hati nurani yang peduli akan bangsa kita ini.
Seminar dari Saska (Riset Indie)
ka Saska menjelaskan tentang perjalanan hidupnya dalam berkampus dan bekerja, cikal bakal riset indie, dan apa saja proyek-proyek yang dikerjakannya. Salah satunya adalah Angkot Day dimana 1 trayek angkot di Bandung akan digratiskan dan tidak mengalami yang namanya "ngetem" sembarangan pada tanggal 20 September 2013.
ka Saska juga mengatakan selama ia hdup berkuliah sampai masa kerja, ia menyadari bahwa membuat komunitas di Bandung itu sangat mudah asal kita memiliki ide yang cemerlang.
Ka Saska juga mengingatkan kepada kita, janganlah kita merasa hebat hanya karena masuk ITB. pada jenjang ini, tidak ada yang hebat. Hebat yang seharusnya adalah dimana kita sudah lulus dari ITB, dan muncul di masyarakat luar sana, sehingga nama ITB diharumkan oleh aksi-aksi kita, itu yang baru disebut orang hebat.
Ka Saska juga memberitahu bahwa kita harus menjadi manusia yang bervisi, dimana kita tahu dimana kita akan berkembang dan membantu masyarakat, sehingga sampai akhir hayat kita, kita bisa mengoptimalisasi apa yang kita lakukan dan memberi impact pada masyarakat yang ada di sekitar kita.
Kita perlu menjadi aktif, bervisi, dan mau berkolaborasi. Karena tanpa kolaborasi, kita tidak ada apa-apanya, dan tidak dapat menjadi apa-apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar